PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN
1. Pengertian Kepribadian
Terdapat beberapa pengertian
kepribadian menurut para ahli diantaranya sebagai berikut:
a. Yinger
Kepribadian adalah keseluruhan
perilaku dari seorang individu dengan system kecenderungan tertentu yang
berinteraksi dengan serangkaian instruksi.
b. M.A.W Bouwer
Kepribadian adalah corak tingkah
laku social yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan
sikap-sikap seseorang.
c. Cuber
Kepribadian adalah gabungan
keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
d. Theodore R. Newcombe
Kepribadian adalah organisasi
sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
e. Agus Sujanto dkk (2004)
suatu totalitas psikofisis yang
kompleks dari individu, sehingga nampak dalam tingkah lakunya yang unik.
f. Kartini Kartono dan Dali Gulo
dalam Sjarkawim (2006)
sifat dan tingkah laku khas
seseorang yang membedakannya dengan orang lain; integrasi karakteristik dari
struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendiriran, kemampuan dan potensi
yang dimiliki seseorang; segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana
diketahui oleh orang lain.
g. Allport
susunan sistem-sistem psikofisik
yang dinamis dalam diri individu, yang menentukan penyesuaian yang unik
terhadap lingkungan. Sistem psikofisik yang dimaksud Allport meliputi
kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan motif yang
bersifat psikologis tetapi mempunyai dasar fisik dalam kelenjar, saraf, dan
keadaan fisik anak secara umum.
Dari beberapa pengertian di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikofisik
(psikis dan fisik yang berpadu dan saling berinteraksi dalam mengarahkan
tingkah laku) yang kompleks dan dinamis dalam diri seorang individu, yang
menentukan penyesuaian diri individu tersebut terhadap lingkungannya, sehingga
akan tampak dalam tingkah lakunya yang unik dan berbeda dengan orang lain.
Juga bukan sebagai bakat kodrati,
melainkan terbentuk oleh proses sosialisasi. kepribadian merupakan
kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku social
tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun
perbuatan.
2. Struktur Kepribadian
Dalam teori psikoanalitik,
struktur kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego dan superego.
a. Id
Id adalah komponen kepribadian
yang berisi impuls agresif dan libinal, dimana sistem kerjanya dengan prinsip
kesenangan “pleasure principle”.
b. Ego
Ego adalah bagian kepribadian
yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem kerjanya pada dunia luar untuk
menilai realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur dorongan-dorongan
id agar tidak melanggar nilai-nilai superego.
c. Superego
Superego adalah bagian moral dari
kepribadian manusia, karena ia merupakan filter dari sensor baik- buruk, salah-
benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego.
Gerald Corey menyatakan dalam
perspektif aliran Freud ortodoks, manusia dilihat sebagai sistem energi, dimana
dinamika kepribadian itu terdiri dari cara-cara untuk mendistribusikan energi
psikis kepada id, ego dan super ego, tetapi energi tersebut terbatas, maka satu
diantara tiga sistem itu memegang kontrol atas energi yang ada, dengan
mengorbankan dua sistem lainnya, jadi kepribadian manusia itu sangat ditentukan
oleh energi psikis yang menggerakkan.
3. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepribadian
faktor-faktor yang mempengaruhi
kepribadian menurut Sigmund Freud adalah antara lain:
a. Faktor biologis & genetika
(keturunan)
b. Faktor pola asuh
c. Faktor lingkungan
d. Faktor pendidikan
e. Faktor pengalaman (perjalanan
dan pengalaman hidup sehari-hari)
4. Tahap-tahap kepribadian
Dalam teori Freud setiap manusia
harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa.
Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang
bersifat menetap.
Freud menyatakan kepribadian orang
terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun (dalam A.Supratika), yaitu:
1. tahap oral
Anak memperoleh kepuasan dan
kenikmatan yang bersumber pada mulutnya. Hubungan sosial lebih bersifat fisik,
seperti makan atau minum susu. Objek sosial terdekat adalah ibu, terutama saat
menyusu.
2. tahap anal (1-3 tahun)
Pada fase ini pusat kenikmatannya
terletak di anus, terutama saat buang air besar. Inilah saat yang paling tepat
untuk mengajarkan disiplin pada anak termasuk toilet training. Pada masa ini
anak sudah menjadi individu yang mampu bertanggung jawab atas beberapa kegiatan
tertentu.
3. tahap palus: 3-6 tahun dan
tahap laten: 6-12 tahun
Anak mulai tertarik dengan
perbedaan anatomis antara laki-laki dan perempuan. Pada anak laki-laki
kedekatan dengan ibunya menimbulkan perasaan sayang yang disebut Oedipus
Complex. Sedangkan pada anak perempuan disebut Electra Complex.
4. tahap genetal: 12-18 tahun
Alat-alat reproduksi sudah mulai
masak, pusat kepuasannya berada pada daerah kelamin. Energi psikis (libido)
diarahkan untuk hubungan-hubungan heteroseksual. Rasa cintanya pada anggota
keluarga dialihkan pada orang lain yang berlawan jenis.
5. tahap dewasa, yang terbagi
dewasa awal, usia setengah baya dan usia senja.
B. Hal-Hal Yang Perlu
Dikembangkan Untuk Menunjang Kepribadian Anak Usia Dini
1. Nilai moral
Kegiatan Belaja Pola Orientasi
Moral Anak Taman Kanak-kanak Pada usia Taman Kanak-kanak anak telah memiliki
pola moral yang harus dilihat dan dipelajari dalam rangka pengembangan
moralitasnya. Orientasi moral diidentifikasikan dengan moral position atau
ketetapan hati, yaitu sesuatu yang dimiliki seseorang terhadap suatu nilai
moral yang didasari oleh cognitive motivation aspects dan affective motivation
aspects.
Anak usia dini pada usia ini
amasih sangat labil, mudah terbawa arus, dan mudah terpengaruh. Mereka sangat
membutuhkan bimbingan, proses latihan, serta pembiasaan yang terus-menerus.
Moralitas anak Taman Kanak-kanak dan perkembangannya dalam tatanan kehidupan
dunia mereka dapat dilihat dari sikap dancara berhubungan dengan orang lain
(sosialisasi), cara berpakaian dan berpenampilan, serta sikap dan kebiasaan
makan. Demikian pula, sikap dan perilaku anak dapat memperlancar
hubungannyadengan orang lain. Penanaman moral kepada anak usia Taman
Kanak-kanak dapat dilakukandengan berbagai cara dan lebih disarankan untuk
menggunakan pendekatan yang bersifatindividual, persuasif, demokratis,
keteladanan, informal, dan agamis. Beberapa program yang dapat diterapkan di
Taman Kanak-kanak dalam rangka menanamkan dan mengembangkan perilaku moral anak
di antaranya dengan bercerita, bermain peran, bernyanyi, mengucapkan sajak, dan
program pembiasaan lainnya.
Pengembangan Kemampuan
Kepribadian/Moral bagi Anak Taman Kanak-kanak Perkembangan moral dan etika pada
diri anak Taman Kanak-kanak dapat diarahkan pada pengenalan kehidupan pribadi
anak dalam kaitannya dengan orang lain. Misalnya, mengenalkandan menghargai
perbedaan di lingkungan tempat anak hidup, mengenalkan peran gender dengan
orang lain, serta mengembangkan kesadaran anak akan hak dan tanggung jawabnya.
Puncak yang diharapkan dari tujuan pengembangan moral anak Taman Kanak-kanak
adalah adanyaketerampilan afektif anak itu sendiri, yaitu keterampilan utama
untuk merespon orang lain dan pengalaman-pengalaman barunya, serta memunculkan
perbedaan-perbedaan dalam kehidupanteman disekitarnya. Hal yang bersifat
substansial tentang pengembangan moral anak usia TamanKanak-kanak di antaranya
adalah pembentukan karakter, kepribadian, dan perkembangansosialnya. Guru Taman
Kanak-kanak harus menguasai strategi pengembangan emosional, sosial,moral dan
agama bagi anak Taman Kanak-kanak. Juga, guru Taman Kanak-kanak perlu untuk
senantiasa mengadakan penelitian tentang pengembangan dan inovasi dalam bidang
pendidikan bagi anak usia prasekolah.
2. Nilai agama
Agama adalah aturan dan wahyu
Tuhan yang sengaja diturunkan agar manusia dapat hidup teratur, damai,
sejahtera, bermartabat, dan bahagia baik dunia maupun akhirat. Ajaran agama
juga berisi seperangkat norma yang akan mengantarkan manusia pada suatu
peradaban. Dengan demikian eksistensi agama merupakan kebutuhan primer bagi
seluruh umat manusia. Oleh karena itu, agama sangat perlu ditanamkan sejak dini
kepada anak-anak didik dalam berbagai institusi pendidikan, baik formal maupun
non formal. Program PAUD/Taman Kanak-kanak merupakan lembaga pendidikan yang
pertama dalam lingkungan sekolah, keberadaannya sangat strategis untuk
menumbuhkan jiwa keagamaan anak-anak agar mereka menjadi orang-orang yang taat,
terbiasa berbuat baik, dan peduli terhadap segala aturan agama yang diajarkan
kepadanya. Dalam kaitan ini guru dan orang tua harus terampil menyampaikan hal
ini kepada anak didiknya agar tertanam dalam jiwa mereka kebutuhan akan
nilai-nilai agama (Hidayat, 2007 : 7.3).
Menurut Abdullah Nasih Ulwan,
esensi pengembangan moral dan nilai-nilai agama di antaranya meliputi:
a. pendidikan iman dan ibadah,
artinya sejak usia dini masalah keimanan sudah harus tertanam dengan kokoh pada
diri anak, demikian pula praktek-praktek ibadah juga sudah mulai dibiasakan
oleh pendidik dilatihkan pada anak
b. pendidikan akhlak (moral),
artinya sejak dini anak sudah harus dikenalkan dan dibiasakan untuk bertutur
kata, bersikap, dan perilaku secara sopan serta dikenalkan keutamaan-keutamaan
sifat terpuji (Yani dkk, 2002 : 118).
Program pembentukan perilaku
merupakan kegiatan yang secara terus-menerus dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari anak di Taman Kanak-kanak. Melalui program ini diharapkan anak
dapat melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Pembentukan perilaku melalui
pembiasaan yang dimaksud adalah meliputi pembentukan moral-agama, pancasila,
perasaan/emosi, hidup bermasyarakat, dan disiplin. Adapun tujuannya adalah
untuk mempersiapkan anak sedini mungkin dalam mengembangkan sikap dan perilaku
yang didasari oleh nilai-nilai moral-agama dan pancasila. Sedangkan kompetensi
yang ingin dicapai pada aspek pengembangan moral dan nilai-nilai agama adalah
kemampuan melakukan ibadah, mengenal Tuhan, percaya akan ciptaan Tuhan, dan
mencintai sesama (Hidayat, 2007 : 5.13).
3. Social emosional
Perkembangan sosial emosional
meliputi perkembangan dalam hal emosi kepribadian, dan hubungan interpersonal
(Papua, dkk, 2004) . Perkembangan sosial emosional berkisar tentang proses
sosialisasi, yaitu proses ketika anak mempelajari nilai- nilai dan perilaku
yang diterima dari masyarakat (Dodge, dkk, 2002).
Dalam periode pra sekolah, anak
mampu mengembangkan diri dengan berbagai orang dari berbagai tatanan, yaitu
keluarga, sekolah dan teman sebaya. Perkembangan sosial biasanya dimaksudkan,
sebagai perkembangan tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-
aturan yang berlaku di dalam masyarakat dimana anak berada.
Perkembangan sosial diperoleh
dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon lingkungan terhadap
anak, pada usia dua tahun anak- anak mulai memantapkan identitas dirinya dan
selalu ingin menunjukan kemauan dan kemampuannya dengan berbagai pertanyaan.
Tidak jarang pada saat tersebut anak- anak dinilai sebagai anak keras kepala.
Di usia ini anak mengalami banyak
perubahan baik fisik dan mental, dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Berkembangnya konsep diri,
secara perlahan pemahamannya tentang kehidupan berkembang. Anak mulai menyadari
bahwa dirinya, identitasnya karena kesadarannya itu menunjukan “Akunya”
(eksitensi diri). Segalanya ingin ia coba, ia merasa dirinya bisa.
b. Munculnya egosentris, diusia
ini anak berfikir bahwa segala yang ada dan tersedia adalah untuk dirinya,
semuanya ada untuk memenuhi kebutuhannya. Kuatnya egosentris ini mempengaruhi
perilaku anak dalam bermain, saat bermain anak enggan untuk meminjamkan
mainannya pada anak lain juga menolak mengembalikan mainan pinjamannya.
Wajarlah jika saat seperti ini terjadi konflik dengan temannya. Pada saat
mengalami konflik ini anak belum bisa menyelesaikannya secara efektif, ia
cenderung menghindar dan menyalahkan orang lain.
c. Rasa ingin tahu yang tinggi,
rasa ingin tahu meliputi berbagai hal termasuk seksual sehingga ia selalu
bereksplorasi dalam apapun dimanapun.
d. Imajinasi yang tinggi,
imajinasi yang tinggi di usia ini sangat mendominasi setiap perilakunya,
sehingga anak sulit membedakan mana khayalan mana kenyataan. Ia kadang suka
melebih- lebihkan cerita. Daya imajinasi ini biasanya melahirkan teman imajiner
(teman yang tidak pernah ada), teman khayalan ini mampu mencurahkan segala
pengalaman dan perasaannya.
e. Belajar menimbang rasa, Diusia
4 tahun minat meniru terhadap teman- temannya mulai berkembang, anak mulai bisa
terlibat dalam permainan kelompok bersama teman- temannya walaupun kerap
terjadi pertengkaran. Hal ini karena ia masih memikirkan dirinya sendiri.
Empati anak mulai berkembang, ia mulai merasakan apa yang sedang orang lain
rasakan. Jika melihat ibunya bersedih ia akan mendekati, memeluk dan membawa
sesuatu yang dapat menghibur. pada masa ini anak mulai belajar konsep benar
salah.
f. Munculnya control internal,
Kontrol internal muncul di akhir masa usia pra sekolah, perasaan malu mulai
muncul ia akan merasa malu dan bersalah jika ia melakukan perbuatan yang salah.
Dengan demikian tepatnya diusia 5 tahun ia sudah siap terjun kelingkungan di
luar rumah dan sudah sanggup menyesuaikan diri dengan standar perilaku yang di
harapkan.
g. Belajar dari lingkungan, Anak
mulai meniru apa yang sering dilakukannya ia belajar mengidentifikasi dirinya
dengan model yang dilihatnya misalnya ia akan berperilaku sama persis seperti
apa yang di lihatnya di TV dan ia pun akan bercita- cita sama seperti profesi
orang tuanya. Jadi di usia ini lingkunganlah yang sangat berperan dalam
membentuk perilakunya.
h. Berkembangnya cara berfikir,
Anak mulai mengembangkan pemahamannya tentang hubungan benda antara bagian dan
keseluruhan. Pemahaman konsep waktu belum berkembang sempurna anak belum bisa
membedakan antara tadi pagi dan kemarin sore.
i. Berkembangnya kemampuan
berbahasa, dibidang masa sebelumnya anak lebih bisa diajak berkomunikasi, ia
mulai mengungkapkan keinginannya dengan bahasa verbal, namun kadang- kadang ia
ingin bereksperimen dengan kata- kata yang kotor atau yang mengejutkan orang
tuanya.
terima kasih sangat membantu tugas saya
BalasHapus